Thursday, October 22, 2009

coklat, coklat, coklat, pokoknya coklat..! *heu

bismillah.

satu tahun terakhir, kenapa aku jadi seperti "gak bisa hidup tanpa coklat" yaa..
ya ampuun.. coklat itu menghipnotisku banget nih.
coklat, oh coklat.. gak penting deh kamuu..
aku jadi suliitt banget mengontrol diri kalo udah ada di depan coklat. bener-bener pegen langsung dibeli n dimakan. ya, semoga aja kamu ngasih banyak manfaat buat tubuhku. jadi gak rugi di akunya. jadi pengen nyari info ttg coklat. apapun. sedikit yang aku dapet n pengen berbagi.

Kata coklat berasal dari xocoatl (bahasa suku Aztec) yang berarti minuman pahit. Suku Aztec dan Maya di Mexico percaya bahwa Dewa Pertanian telah mengirimkan coklat yang berasal dari surga kepada mereka. Cortes kemudian membawanya ke Spanyol antara tahun 1502-1528, dan oleh orang-orang Spanyol minuman pahit tersebut dicampur gula sehingga rasanya lebih enak. Coklat kemudian menyebar ke Perancis, Belanda dan Inggris. Pada tahun 1765 didirikan pabrik coklat di Massachusetts, Amerika Serikat.

Dalam perkembangannya coklat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack yang disukai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa. Selain rasanya enak, coklat ternyata berkhasiat membuat umur seseorang menjadi lebih panjang. Suatu studi epidemiologis telah dilakukan pada mahasiswa Universitas Harvard yang terdaftar antara tahun 1916-1950. Dengan menggunakan food frequency questionnaire berhasil dikumpulkan informasi tentang kebiasaan makan permen atau coklat pada mahasiswa Universitas Harvard.

Dengan mengontrol aktivitas fisik yang dilakukan, kebiasaan merokok, dan kebiasaan makan ditemukan bahwa mereka yang suka makan permen/coklat umurnya lebih lama satu tahun dibandingkan bukan pemakan. Diduga antioksidan fenol yang terkandung dalam coklat adalah penyebab mengapa mereka bisa berusia lebih panjang. Fenol ini juga banyak ditemukan pada anggur merah yang sudah sangat dikenal sebagai minuman yang baik untuk kesehatan jantung. Coklat mempunyai kemampuan untuk menghambat oksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, sehingga dapat mencegah risiko penyakit jantung koroner dan kanker.
*wah, wah, ini reinforcement positif yaa..^^

Selama ini ada pandangan bahwa permen coklat menyebabkan caries pada gigi dan mungkin juga bertanggung jawab terhadap munculnya masalah kegemukan. Tak dapat disangkal lagi bahwa kegemukan adalah salah satu faktor risiko berbagai penyakit degeneratif. Tetapi studi di Universitas Harvard ini menunjukkan bahwa jika Anda mengimbangi konsumsi permen coklat dengan aktivitas fisik yang cukup dan makan dengan menu seimbang, maka dampak negatip permen coklat tidak perlu terlalu dikhawatirkan.
*hmm berarti olahraga nya yang harus ditambah ^^

Menurut kepercayaan suku Maya, coklat adalah makanan para dewa. Rasa asli biji coklat sebenarnya pahit akibat kandungan alkaloid, tetapi setelah melalui rekayasa proses dapat dihasilkan coklat sebagai makanan yang disukai oleh siapapun. Biji coklat mengandung lemak 31%, karbohidrat 14% dan protein 9%. Protein coklat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin, dan tyrosin. Meski coklat mengandung lemak tinggi namun relatif tidak mudah tengik karena coklat juga mengandung polifenol (6%) yang berfungsi sebagai antioksidan pencegah ketengikan.

Di Amerika Serikat konsumsi coklat hanya memberikan kontribusi 1% terhadap intake lemak total sebagaimana dinyatakan oleh National Food Consumption Survey (1987-1998). Jumlah ini relatif sedikit khususnya bila dibandingkan dengan kontribusi daging (30%), serealia (22%), dan susu (20%). Lemak pada coklat, sering disebut cocoa butter, sebagian besar tersusun dari lemak jenuh (60%) khususnya stearat. Tetapi lemak coklat adalah lemak nabati yang sama sekali tidak mengandung kolesterol. Untuk tetap menekan lemak jenuh agar tidak terlalu tinggi, ada baiknya membatasi memakan cokelat hanya satu batang saja per hari dan mebatasi mengkonsumsi suplement atau makanan lainnya yang mengandung catechin seperti apple dan teh.

Dalam penelitian yang melibatkan subyek manusia, ditemukan bahwa konsumsi lemak coklat menghasilkan kolesterol total dan kolesterol LDL yang lebih rendah dibandingkan konsumsi mentega ataupun lemak sapi. Jadi meski sama-sama mengandung lemak jenuh tetapi ternyata efek kolesterol yang dihasilkan berbeda. Kandungan stearat yang tinggi pada coklat disinyalir menjadi penyebab mengapa lemak coklat tidak sejahat lemak hewan. Telah sejak lama diketahui bahwa stearat adalah asam lemak netral yang tidak akan memicu kolesterol darah. Mengapa? Stearat ternyata dicerna secara lambat oleh tubuh kita dan juga diabsorpsi lebih sedikit.

Sepertiga lemak yang terdapat dalam coklat adalah asam oleat yaitu asam lemak tak jenuh. Asam oleat ini juga dominan ditemukan pada minyak zaitun. Studi epidemiologis pada penduduk Mediterania yang banyak mengkonsumsi asam oleat dari minyak zaitun menyimpulkan efek positip oleat bagi kesehatan jantung.

Sering timbul pertanyaan seberapa banyak kita boleh mengkonsusmi coklat? *wkwkwk, ini pertanyaan gw banget!
Tidak ada anjuran gizi yang pasti untuk ini, namun demikian makan coklat 2-3 kali seminggu atau minum susu coklat tiap hari kiranya masih dapat diterima. Prinsip gizi sebenarnya mudah yaitu makanlah segala jenis makanan secara moderat. Masalah gizi umumnya timbul bila kita makan terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Makan coklat tidak akan menimbulkan kecanduan, tetapi bagi sebagian orang rasa coklat yang enak mungkin menyebabkan kerinduan untuk mengkonsumsinya kembali.
*bener banget! aku pikir, aku udah kecanduan.. ^^.
Ini yang disebut chocolate craving.

Dampak coklat terhadap perilaku dan suasana hati (mood) terkait erat dengan chocolate craving. Rindu coklat bisa karena aromanya, teksturnya, manis-pahitnya dsb. Hal ini juga sering dikaitkan dengan kandungan phenylethylamine yang adalah suatu substansi mirip amphetanine yang dapat meningkatkan serapan triptofan ke dalam otak yang kemudian pada gilirannya menghasilkan dopamine. * WOOW...

Dampak dopamine adalah muncul perasaan senang dan perbaikan suasana hati. Phenylethylamine juga dianggap mempunyai khasiat aphrodisiac yang memunculkan perasaan seperti orang sedang jatuh cinta (hati berbunga). *wkwkwk, iya bangett..
Konon Raja Montezuma di jaman dahulu selalu mabuk minuman coklat sebelum menggilir harem-haremnya yang berbeda setiap malam.

Katekin adalah antioksidan kuat yang terkandung dalam coklat. Salah satu fungsi antioksidan adalah mencegah penuaan dini yang bisa terjadi karena polusi ataupun radiasi. Katekin juga dijumpai pada teh meski jumlahnya tidak setinggi pada coklat. Orang tua jaman dahulu sering mempraktekkan cuci muka dengan air teh karena dapat membuat kulit muka bercahaya dan awet muda. Seandainya mereka tahu bahwa coklat mengandung katekin lebih tinggi daripada teh, mungkin mereka akan menganjurkan mandi lulur dengan coklat.*mm.. boleh jugaa..

Coklat juga mengandung theobromine dan kafein. Kedua substansi ini telah dikenal memberikan efek terjaga bagi yang mengkonsumsinya. Oleh karena itu ketika kita terkantuk-kantuk di bandara atau menunggu antrian panjang, makan coklat cukup manjur untuk membuat kita bergairah kembali.

Produk coklat cukup beraneka ragam. Misalnya, ada coklat susu yang merupakan adonan coklat manis, cocoa butter, gula dan susu. Selain itu ada pula coklat pahit yang merupakan coklat alami dan mengandung 43% padatan coklat. Coklat jenis ini bisa ditemukan pada beberapa produk coklat batangan. Kandungan gizi coklat bisa dilihat pada tabel.

Zat Gizi Coklat Susu Coklat Pahit
Energi (Kal) 381 504
Protein (g) 9 5,5
Lemak (g) 35,9 52,9
Kalsium (mg) 200 98
Fosfor (mg) 200 446
Vit A (SI) 30 60


Belum ada bukti bahwa coklat menimbulkan jerawat. 
*enggak kog, aku gak nyalahin coklat.. ^^.

Coklat juga tidak bisa dikatakan sebagai penyebab utama munculnya plaque gigi karena plaque gigi juga bisa timbul pada orang yang mengkonsumsi makanan biasa sehari-hari. Hanya saja coklat perlu diwaspadai, khususnya bagi orang-orang yang rentan menderita batu ginjal. Konsumsi 100 g coklat akan meningkatkan ekskresi oksalat dan kalsium tiga kali lipat. Oleh karena itu kiat sehat yang bisa dianjurkan adalah minumlah banyak air sehabis makan coklat.

Cokelat Aman dan Halal
Cokelat merupakan "barang" penting dalam industri berbagai makanan dan minuman, seperti roti, biskuit, permen, dan lain sebagainya. Bahan ini diperoleh dari pengolahan biji buah tanaman cokelat (kakao) yang memiliki nama latin Theobroma cocoa.

Namun, sebelum dapat dimanfaatkan sebagaimana yang dikehendaki, biji kakao harus menjalani berbagai proses pengolahan, yang meliputi :

Pertama, pembersihan dari lendir yang berlebihan, guna mencegah timbulnya rasa asam pada biji kakao.

Kedua, pemfermentasian yang kompleks, dengan melibatkan beragam mikrobia, seperti bakteri asam laktat, asam asetat, dan khamir, yang berperan dalam pemicuan reaksi enzimatis guna merangsang pembentukan senyawa flavonoid yang bermanfaat bagi kesehatan. Setelah melewati proses ini, warna bagian dalam biji yang semula berwarna ungu berubah menjadi coklat, demikian pula aromanya, hingga muncul aroma khas cokelat.

Ketiga, pencucian, guna mendapatkan biji kakao basah yang sudah bebas lendir dengan mutu lebih tinggi.

Keempat, pengeringan segera biji kakao, hingga mencapai kadar air yang aman untuk disimpan. Tahap ini penting dilakukan guna menghentikan proses fermentasi. Bila proses fermentasi terus berlangsung, biji kakao yang dihasilkan akan menurun mutunya.

Kelima, penyangraian (roasting) dan penyaringan (winnowing). Selain akan lebih "menguatkan" warna, rasa dan aroma yang dikehendaki, penyangraian berperan juga dalam pengelupasan kulit luar biji cokelat. Bahan tersebut kemudian disaring, hingga didapatkan biji cokelat matang, bebas kulit ari, yang disebut nib.

Keenam, penggilingan. Nib digiling hingga hancur dan berubah menjadi cairan atau adonan kental yang disebut bubur cokelat (chocolate liquor). Karena mengandung lemak tinggi, bubur cokelat gampang teroksidasi. Untuk menghindari itu, nib perlu dipres dan dikeluarkan sebagian lemaknya. Dari proses ini, selain dihasilkan lemak cokelat (butter cocoa), didapatkan pula balok-balok cokelat yang rasanya pahit (bitter chocolate) namun tahan disimpan dalam waktu yang relatif lama.

Titik-titik kritis

Manakala hendak "menyulap" cokelat menjadi berbagai produk, balok-balok cokelat yang rasanya pahit mesti diolah lagi dengan menambahkan kembali lemak cokelat dan bahan-bahan tambahan lain, tergantung pada produk yang akan dibuat, kemudian diaduk, hingga dihasilkan campuran yang homogen. Sebagai contoh, untuk membuat cokelat susu dan cokelat putih, perlu penambahan susu cair atau susu bubuk, gula, lesitin - berfungsi sebagai emulsifier - dan vanili. Sedangkan untuk membuat coklat yang warnanya gelap (dark chocolate), ke dalam campuran cukup ditambahkan gula, lesitin, dan vanili.

Dengan proses seperti itu, orang tak hanya akan memeroleh cokelat yang lezat, namun juga kaya manfaat, karena beragam senyawa bioaktif flavonoid yang dikandungnya.

Sayangnya, dalam praktik, dengan alasan demi menekan biaya produksi, pihak produsen tak jarang berbuat "nakal". *nah loo.. O_O. Cokelat dan lemak cokelat yang mestinya dicampurkan acap kali diganti dengan essence cokelat ditambah minyak sawit atau kelapa. Tentu saja ini akan berpengaruh terhadap beragam zat bermanfaat yang mestinya dikandungnya, dan karenanya jangan mimpi orang akan menjadi lebih sehat setelah mengonsumsinya., *hmm.. ok, ok

Tapi titik kristis cokelat tidak hanya itu, begitupun akibat yang bisa ditimbulkannya. Sebut umpamanya manakala susu yang dijadikan salah satu bahan campurannya diketahui telah terkontaminasi melamin. Jika sudah demikian, terutama bayi dan anak-anak, jangankan jadi sehat, sekadar tidak sakitpun sudah untung.

Hal lain, khususnya bagi konsumen muslim, perkara bisa bertambah runyam jika emulsifier yang digunakan ternyata bukan murni lesitin dari bahan nabati, yang dalam pemodifikasian secara kimia dan enzimatis (hidrolisis) digunakan enzim lipase, tapi menggunakan enzim yang berasal dari mamalia, yaitu fosfolipase A2, yang merupakan enzim dari pankreas babi. Walau maksudnya baik, supaya lesitin yang diperoleh memiliki sifat pengemulsi lebih mantap.

Cara Aman

Pertanyaannya, bagaimana caranya supaya cokelat yang akan kita konsumsi benar-benar asli, aman, serta tidak "kecipratan" barang haram ?

Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan komposisi pada labelnya. Konsumen yang teliti pasti tahu, apakah produk yang dibelinya itu cokelat betulan atau `cokelat-cokelatan`, yang lebih banyak "bumbu"-nya ketimbang cokelatnya.

Cara lain adalah dengan merasakannya saat mengulumnya. Cokelat asli, dengan lemak nabatinya yang unik, sebab dapat tetap cair pada kondisi lingkungan dengan suhu di bawah titik bekunya, memiliki titik didih yang rendah, sekitar 27 - 30 derajat Celcius. Itu pula sebabnya, dibanding cokelat yang banyak campurannya, cokelat yang asli akan lebih cepat meleleh manakala masuk mulut.

Khususnya kaum Muslim, demi menghindari adanya unsur haram dalam sajian cokelat, jangan lupa juga untuk senantiasa menelisik emulsifier yang dimasukkan ke dalamnya. Emulsifier nabati biasanya disebutkan asalnya, misalnya soya lecitin yang merupakan lesitin dari kedelai.
Selain itu, sebab enzim fosfolipase A2 dalam cokelat tidak kasat mata dan sulit dilacak keberadaannya oleh awam, perhatikan pula tanda kehalalannya. Cokelat dengan kemasan yang sudah diterakan tanda demikian, paling tidak telah melewati pemeriksaan dari para ahli yang ada di Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI).

Waspadai selalu produk cokelat impor, yang memiliki nomor registrasi ML dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), atau bahkan yang tidak memiliki nomor registrasi sama sekali, apalagi jika juga tidak menyertakan tanda halal pada kemasannya!***

Sumber :
kolom.pacific.net.id dan Yayasan Jantung Indonesia
Cokelat Aman dan Halal
Yuga Pramita, praktisi bidang kesehatan, alumnnus FKM Undip.

No comments:

Post a Comment